Konsep Taman Kanak-kanak (TK) Sekolah Alam Indonesia Meruyung terintegrasi dengan konsep Sekolah Alam Indonesia yang memiliki tiga pilar pendidikan yaitu akhlak mulia, kepemimpinan dan keterampilan berpikir. Konsep ini di diwujudkan dengan model pembelajaran yang berfokus pada anak dan sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Di Sekolah Alam Indonesia Meruyung tiada hari tanpa bermain. Semua kegiatan didesain agar anak merasa bahagia. Sekolah menjadi hal yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Atmosfir bahagia ini sangat kondusif untuk usia mereka yang sedang berada dalam masa keemasan (golden age) dimana emosi bahagia mengikat kuat beragam pengetahuan baru yang sedang dipelajari anak.
Guru TK Sekolah Alam Indonesia Meruyung tidak hanya ibu guru. Setiap hari selalu ada bapak guru menemani. Berlari, menendang bola, kuda-kudaan, panjat badan dan bergelayutan di lengan bapak guru menjadi aktivitas sehari-hari yang menyenangkan.
Sekolah Alam Indonesia menerapkan konsep ayah bunda di dalam kelas dimana selalu ada bapak dan ibu guru di sana. Di usia dini, identifikasi gender merupakan salah satu tugas perkembangan. Konsep ayah bunda di sekolah akan membantu anak melewati tahapan ini dengan baik.
Alam menjadi bagian siswa sehari-hari. Kelas yang terbuka dengan banyak pepohonan membuat oksigen tersedia untuk dihirup siswa. Oksigen salah satu makanan otak sehingga informasi yang diterima anak mampu terserap optimal.
Alam juga menjadi sumber ilmu yang tak terbatas. Mengenalkan Sang Maha Pencipta beserta ketundukan kepada-Nya. Alam menjadi connector bagi anak untuk mempelajari sebuah kehidupan nyata. Alam menjadi alat yang efektif dalam menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak baik fisik, sosial, bahasa dan juga kognitif. Seluruh pembelajaran pada anak usia dini berawal dari hal yang kongkret dan alam menyediakan semua hal tersebut.
Kemandirian siswa sangat menjadi perhatian di TK Sekolah Alam Indonesia. Di sini kemandirian di ajarkan dalam seluruh aktifitas sehari-hari baik di sekolah maupun di rumah. “Help Them Help Themselves.”